Rabu, 22 April 2015

Nikmatnya Ayam Kampung Pedas Banyuwangi

 Ayam Kampung Pedas Banyuwangi

Anda suka ayam kampung? Anda suka pedas ? Kuliner di Banyuwangi yang ini harus anda coba ketika berkunjung di Banyuwangi, Yaitu ayam kampung pedas dan berkuah maknyus, makanan ini bukan hanya pedas tapi rasa kuah nya luar biasa, Dan ada sensasi tersendiri yang di dapat setelah menikmatinya, Ayam Kampung Pedas bikin berkeringat karena rasa pedasnya mengelora, Ayam nya memang benar2 ayam kampung, bukan ayam petelur yang tekstur dagingnya mirip dengan ayam kampung

Ayam Kampung Pedas


kuliner Ayam Kampung Pedas

Ayam kampung pedas dan berkuah maknyus paling saya suka bukan berada di Muncar, tapi berada di Genteng, bukan genteng atap rumah ya, tapi di kecamatan Genteng Banyuwangi, warung yang paling sering saya datangi adalah Warung Ayam Pedas Rantinem dan warung Al Barokah

Warung Rantinem sudah cukup terkenal bagi para pecinta Kuliner Banyuwangi, tapi kuah pedasnya warung Al Barokah juga cukup memuaskan saya, selain timun dan sayur kemangi, warung Al Barokah ini juga sering menyajikan sayur kesukaan saya, yaitu sayur bunga turi

Warung Ayam Kampung Pedas

Ayam Pedas Banyuwangi

Warung ayam pedas Rantinem milik ibu hajah Rantinem terletak di belakang kantor pos Genteng, nah kalau warung Barokah berada di Kembiritan tepatnya di dekat jalan utama ke Wisata Pemandian Atlanta, pas lagi kepengen masakan ayam kampung pedas, kedua warung ini merupakan tujuan utama saya, lokasi detail warungnya dibawah ini

Lokasi Warung Ayam Kampung Pedas



Selain Ayam Kampung Pedas anda juga bisa mencoba kuliner di Banyuwangi Lainya seperti : Rujak Soto, Jangan Kesrut, Nasi Tempong , Pecel Rawon, Kue Bagiak, Kue Sale Pisang dll, Selamat Berkunjung Di Bumi Blambangan

Demikian artikel dari Anak Nelayan tentang Nikmatnya Ayam Kampung Pedas Banyuwangi , semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua, Terima kasih

Minggu, 19 April 2015

Desaku dan Kerajaan Blambangan

Taman Blambangan alun-alun kota banyuwangi

Apakah anda pernah mendengar Kerajaan Blambangan? pernah mendengar nama Minakdjinggo? Saya akan mengajak anda lebih mendekat ke rumah admin , yaitu di desa tercinta desa Tembokrejo, Kota ikan kecamatan Muncar dan kota Gandrung kabupaten Banyuwangi, Posting kali ini akan panjang dan akan saya edit dan update cerita nya dari berbagai sumber tentang kerajaan Blambangan

Saya menyukai Artikel sejarah, apalagi cerita sejarah tentang bumi Blambangan, sekarang Banyuwangi, Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah atau disingkat "Jasmerah" adalah semboyan yang terkenal yang diucapkan oleh Presiden Soekarno, dalam pidatonya yang terakhir pada Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966, dan Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya, Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya, dan bangsa yang besar menurunkan sifatnya kepada warganya

Minakdjinggo

Pada saat itu, Blambangan diperintah oleh seorang Adipati bernama Adipati Kebo Marcuet yang berambisi meluaskan daerah kekuasaannya. Hal itu merupakan rongrongan terhadap Pemerintahan Kerajaan Majapahit. Tugas untuk mengatasi persoalan di wilayah timur tersebut diserahkan kepada Putri Kencono wungu. Peringatan demi peringatan yang disampaikan sang Putri Kencono wungu tidak diindahkan oleh Adipati Kebo Marcuet. Petinggi Majapahit bingung menghadapi kebandelan Kebo Marcuet. Mengirim pasukan ke Blambangan saat itu tidaklah mungkin karena pasukan Majapahit dalam kondisi lemah setelah memadamkan berbagai pemberontakan.

Atas saran para rakrian yang merupakan Dharmaputra Winehsuka (semacam dewan penasihat kerajaan) Kencanawungu mengadakan sayembara.  Begini bunyi sayembara itu :
Saudara saudara rakyat Majapahit, barangsiapa di antara kalian berhasil mengalahkan Kebo Marcuet Adipati Blambangan, akan dinobatkan menjadi Raja Blambangan, sebagai wakil Raja Majapahit di Blambangan dan akan dijadikan suami Putri Kencono wungu.

Seorang pemuda gagah bernama Jaka Umbaran tampil mengikuti sayembara itu.  Karena sama-sama sakti mandraguna perang sengit pun terjadi. Tapi pada akhirnya Jaka Umbaran berhasil membunuh Kebo Marcuet dengan cara mematahkan tanduk dikepala Kebo Marcuet, yang ditangan Jaka Umbaran tanduk itu berubah menjadi Gada Wesi Kuning yang pada akhirnya nanti menjadi senjata Jaka Umbaran. Namun demikian, akibat bertarung melawan Kebo Marcuet wajah Jaka Umbaran rusak dan kakinya pincang. Jaka Umbaran kemudian dinobatkan sebagai Raja Blambangan sebagai wakil Raja Majapahit. Ia mengubah namanya menjadi MinakJinggo.

Satu hadiah sudah diterima Jaka Umbaran alias MinakJinggo. Ia menagih hadiah kedua, dinikahkan dengan Kencanawungu. Tetapi karena wajah MinakJinggo rusak dan kakinya pincang Putri Kencono wungu tidak bersedia memenuhi janjinya.

Mendengar kabar itu MinakJinggo marah besar. Sikap dan wataknya yang semula lembut berubah menjadi kasar dan brutal. Kehadiran dua orang gadis ningrat asal Bali, Wahita dan Puyengan yang diperistrinya, tidak mampu mengembalikan kelembutan hatinya. Ia pun menyatakan melepaskan diri dari Majapahit dan menjadi Raja di Kadipaten Blambangan.

Akibat bertarung melawan Kebo Marcuet wajah Jaka Umbaran rusak dan kakinya pincang. Jaka Umbaran kemudian dinobatkan sebagai Raja Blambangan sebagai wakil Raja Majapahit

Sunan Giri
Sunan Giri adalah nama salah seorang Walisongo dan pendiri kerajaan Giri Kedaton, yang berkedudukan di daerah Gresik, Jawa Timur. Ia lahir di Blambangan tahun 1442. Sunan Giri memiliki beberapa nama panggilan, yaitu Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin dan Joko Samudra. Ia dimakamkan di desa Giri, Kebomas, Gresik Sunan Giri merupakan buah pernikahan dari Maulana Ishaq, seorang mubaligh Islam dari Asia Tengah, dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir Majapahit. Namun kelahirannya dianggap telah membawa kutukan berupa wabah penyakit di wilayah tersebut. Maka ia dipaksa ayahandanya (Prabu Menak Sembuyu) untuk membuang anak yang baru dilahirkannya itu. Lalu, Dewi Sekardadu dengan rela menghanyutkan anaknya itu ke laut/selat bali sekarang ini. Versi lain menyatakan bahwa pernikahan Maulana Ishaq-Dewi Sekardadu tidak mendapat respon baik dari dua patih yang sejatinya ingin menyunting dewi sekardadu (putri tunggal Menak sembuyu sehingga kalau jadi suaminya, merekalah pewaris tahta kerajaan. Ketika Sunan Giri lahir, untuk mewujudkan ambisinya, kedua patih membuang bayi sunan giri ke laut yang dimasukkan ke dalam peti. Kemudian, bayi tersebut ditemukan oleh sekelompok awak kapal (pelaut) - yakni sabar dan sobir - dan dibawa ke Gresik. Di Gresik, dia diadopsi oleh seorang saudagar perempuan pemilik kapal, Nyai Gede Pinatih. Karena ditemukan di laut, dia menamakan bayi tersebut Joko Samudra. Ketika sudah cukup dewasa, Joko Samudra dibawa ibunya ke Ampeldenta (kini di Surabaya) untuk belajar agama kepada Sunan Ampel. Tak berapa lama setelah mengajarnya, Sunan Ampel mengetahui identitas sebenarnya dari murid kesayangannya itu. Kemudian, Sunan Ampel mengirimnya beserta Makdhum Ibrahim (Sunan Bonang), untuk mendalami ajaran Islam di Pasai. Mereka diterima oleh Maulana Ishaq yang tak lain adalah ayah Joko Samudra. Di sinilah, Joko Samudra, yang ternyata bernama Raden Paku, mengetahui asal-muasal dan alasan mengapa dia dulu dibuang. Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau lebih dikenal dengan Raden 'Ainul Yaqin kembali ke Jawa. Ia kemudian mendirikan sebuah pesantren giri di sebuah perbukitan di desa Sidomukti, Kebomas. Dalam bahasa Jawa, giri berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri. Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa, bahkan pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Pengaruh Giri terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang disebut Giri Kedaton, yang menguasai Gresik dan sekitarnya selama beberapa generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh Sultan Agung. Terdapat beberapa karya seni tradisional Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan Sunan Giri, diantaranya adalah permainan-permainan anak seperti Jelungan, Lir-ilir dan Cublak Suweng; serta beberapa gending (lagu instrumental Jawa) seperti Asmaradana dan Pucung. sumber: http://sunan-giri.blogspot.com

Sunan Giri adalah nama salah seorang Walisongo dan pendiri kerajaan Giri Kedaton, yang berkedudukan di daerah Gresik, Jawa Timur. Ia lahir di Blambangan tahun 1442. Sunan Giri memiliki beberapa nama panggilan, yaitu Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin dan Joko Samudra. Beliau dimakamkan di desa Giri, Kebomas, Gresik

Blambangan
Kerajaan Blambangan adalah kerajaan yang berpusat di Ujung paling timur pulau Jawa. Blambangan dianggap sebagai kerajaan bercorak Hindu terakhir di Pulau Jawa. Di abad ke-16, satu-satunya kerajaan Islam yang berarti di Jawa Timur adalah Pasuruan. Daerah lain masih dipimpin penguasa yang beragama Hindu. Kemungkinan besar terjadi perang antara Pasuruan dan Blambangan pada tahun 1540-an, 1580-an dan 1590-an. Rupanya pada tahun 1600 atau 1601 ibukota Blambangan ditaklukkan. Menurut babad Jawa dan juga penulis Belanda François Valentyn, pada abad ke-17, Blambangan adalah bawahan Surabaya, namun hal ini diragukan. Yang jelas, Sultan Agung dari Mataram (bertahta 1613-1646), yang menyerang Blambangan tahun 1633, tidak pernah dapat menaklukkannya. Tahun 1697 Blambangan ditaklukkan oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti, raja Buleleng di Bali Utara, mungkin dengan bantuan Surapati Raja Blambangan Prabu Tawang Alun dikalahkan dan untuk sementara Ki Gusti Ngurah Panji Sakti menunjuk perwakilannya untuk memerintah Blambangan sementara, I Gusti Anglurah Panji Sakti memberikan kepada Cokorda Agung Mengwi untuk menguasai Kerajaan Blambangan setelah menikah dengan putri Raja Mengwi tersebut. Setelah Blambangan dalam kendali Mengwi, Badung Ditunjuklah keturunan Prabu Tawang Alun untuk memegang Kerajaan Blambangan yaitu Pangeran Danuningrat, dimana Prabu Danuningrat untuk mengikat kesetiaan ia beristrikan Putri Cokorda Agung Mengwi. Sebelum menjadi kerajaan berdaulat, Blambangan termasuk wilayah taklukan Bali. Kerajaan Mengwi pernah menguasai wilayah ini. Usaha penaklukan Kesultanan Mataram terhadap Blambangan tidak berhasil. Inilah yang menyebabkan mengapa kawasan Blambangan (dan Banyuwangi pada umumnya) tidak pernah masuk pada budaya Jawa Tengahan, sehingga kawasan tersebut hingga kini memiliki ragam bahasa yang cukup berbeda dengan bahasa Jawa baku. Pengaruh Bali juga tampak pada berbagai bentuk kesenian tari yang berasal dari wilayah Blambangan. Daftar isi 1 Silsilah Kerajaan Blambangan 1.1 Silsilah Awal 1.2 Silsilah Setelah Tawang Alun I 2 Arkeologi 3 Lihat pula 4 Sumber Silsilah Kerajaan Blambangan Silsilah Awal Mpu Withadarma Mpu Bhajrastawa Mpu Lempita Mpu Gnijaya Mpu Wiranatha Mpu Purwantha Ken Dedes Mahisa Wonga Teleng Mahisa Campaka Lembutal Rana Wijaya/Raden Wijaya Tribuana Tunggadewi Hayam Wuruk Wikramawardhana Kerta Wijaya Cri Adi Suraprabawa Lembu Anisraya/Minak Anisraya Mas Sembar/Minak Sembar Bima Koncar/Minak Sumendhe (memerintah Blambangan pada tahun 1489-1500) Minak Pentor (memerintah Blambangan 1500-1541) Minak Gadru ( Memerintah Prasada/Lumajang): Minak Gadru menurunkan Minak Lampor yang memerintah di Werdati-Teposono-Lumajang. Minak Cucu (Memerintah Candi Bang/Kedhaton Baluran): Minak Cucu terkenal dengan sebutan Minak Djinggo penguasa Djinggan dia berputra SONTOGUNO yang memerintah Blambangan pada 1550 hingga 1582. Minak Lampor Minak Lumpat (Sebagai Raja di Werdati) Minak Luput (Sebagai Senopati) Minak Sumendi (sebagai Karemon/Agul Agul) Kemudian Minak Lumpat atau SUNAN REBUT PAYUNG berputra Minak Seruyu/Pangeran Singosari (Sunan Tawang Alun I), Pangeran Singosari menaklukan Mas Kriyan dan seluruh keluarga Mas Kriyan, sehingga tidak ada keturunannya, Sunan Tawang Alun I memerintah wilayah Lumajang, Kedawung dan Blambangan pada tahun 1633-1639 Gusti Sunan Tawang Alun I memiliki Putra : Gede Buyut Mas Ayu Widharba Mas Lanang Dangiran (Mbah Mas Brondong) Mas Senepo/Mas Kembar Mas Lego. selanjutnya Mas Lego menurunkan MAS SURANGGANTI dan MAS SURODILOGO (MBAH KOPEK), Sementara Mas Lanang Dangiran menurunkan Mas Aji Reksonegoro dan Mas Danuwiryo. Silsilah Setelah Tawang Alun I Mas Senepo inilah yang kemudian memerintah Kedhaton Macan Putih bergelar Susuhunan Gusti Prabhu Tawang Alun, Dimana dia memerintah pada wilayah Kerajaan Blambangan 1645 hingga 1691, pada masa Pemerintahan Susuhunan Gusti Prabhu Tawang Alun Blambangan maju dengan pesat dimana kekuasaannya menyatu hingga ke lumajang. Gusti Prabhu Tawang Alun memiliki dua Permaisuri dan beberapa selir, sehingga terjadi beberapa garis keturunan. Sinuhun Gusti Prabhu Tawang Alun memiliki putra putri dari Mas Ayu Rangdiyah (MA. Rangdiyah adalah selir Sinuhun Gusti Adhiprabhu Sultan Agung Mataram, dimana ketika hamil 3 Bulan diserahkan pada Sinuhun Gusti Prabhu Tawang Alun) : Pangeran Pati, Menikah dengan Puteri Untung Surapati, menurunkan : Pangeran Putro/Mas Purbo/ Danurejo. Sementara itu Sinuhun Gusti Prabhu Tawang Alun dari Permaisuri lainnya yaitu Mas Ayu Dewi Sumekar (Blater) menurunkan : Dalem Agung Macanapuro Dalem Patih Sasranegoro/Pangeran Dipati Rayi Pangeran Keta Pangeran Mancanegara Pangeran Gajah binarong sementara dari para selir Sinuhun Gusti Prabhu Tawang Alun menurunkan : Mas Dalem Jurang mangun Mas Dalem Puger Mas Dalem ki Janingrat Mas Dalem Wiroguno Mas Dalem Wiroluko Mas Dalem Wiroludro Mas Dalem Wilokromo Mas Dalem Wilo Atmojo Mas Dalem Wiroyudo Mas Dalem Wilotulis ketika Sinuhun Gusti Prabhu Tawang Alun wafat terjadi pengangkatan Pangeran Pati sebagai Raja Blambangan Macan Putih, hal ini menjadi permasalahan mengingat Pangeran Pati sejatinya adalah keturunan Sinuhun Gusti Adhiprabhu Sultan Agung, sehingga menimbulkan peperangan antara Pangeran Pati dan Dalem Agung Macanapuro dan juga Pangeran Dipati Rayi. Pangeran Pati dikalahkan namun putranya yaitu pangeran Putro/ Danurejo menggantikan dia, tercatat perang saudara tersebut berlangsung lama dan baik Macanapuro, Danurejo dan Sosronegoro sempat memimpin Blambangan menjadi raja namun hanya sebentar mengingat perang rebut tersebut terus menerus berlangsung. Dipati Rayi mengamuk dan merusak Kedhaton Macan Putih pangeran dipati Rayi dia baru berhenti karena meninggal akibat senjata Ki Buyut Wongsokaryo yaitu Tulup Ki Baru Klitik. Perang saudara setelah swargi Sinuhun Gusti Prabhu Tawang Alun, membuat macan putih menjadi rusak dan baik Gusti Prabhu Macanapuro, Gusti Prabhu Sosronegoro/Dipati Ray, Pangeran Patii maupun Gusti Prabhu Danurejo seluruhnya meninggal- swargi. Yang paling mengesankan adalah kemarahan Dipati Rayi yang sangat sakti dia juga adalah murid Ki Buyut Wongsokaryo yang juga guru dari Gusti Prabhu Tawang Alun, kesaktian Dipati Rayi atau Prabhu Sosronegoro membuat Kedhaton Macan Putih hancur, para agul agul berperang secara lingsem (malu). Gusti Prabhu Danurejo memiliki permasyuri Mas Ayu Gendhing dari perkawinan tersebut memiliki Putra : Pangeran Agung Dupati Sementara dari selir (kakak Ipar Gusti Agung Mengwi/Raja Mengwi) dia berputra : Mas Sirno/ Pangeran Wilis/ Wong Agung Wilis. Karena kacaunya perang saudara Pangeran Gung Dupati dan Pangeran Mas Sirno diungsikan sampai perang mereda dan Pangerang Gung Dupati diangkat Menjadi Raja Blambangan yang bergelar Sinuhun Gusti Prabhu Danuningrat memerintah Blambangan Kedhaton Macan putih pada tahun 1736-1763 Di akhir abad ke-18, setelah terjadi perang Puputan Bayu 1771 VOC mengisi kekosongan pemerintahan dan menggabungkan Blambangan kedalam karisidenan Besuki, dan mengangkat Mas Alit sebagai KRT Wiroguno sebagai Bupati Pertama dimulai dari KRT Wiroguno inilah dinasti Kerajaan Blambangan secara pasti dan terpercaya telah memeluk Islam, generasi diatas KRT Wiroguno tidak terdapat sumber terpercaya telah memeluk Agama Islam. Hilangnya Blambangan bagi Bali merupakan suatu peristiwa yang sangat berarti dari segi kebudayaan. Para raja Bali percaya bahwa moyang mereka berasal dari Majapahit. Dengan masuknya Blambangan ke dalam kekuasaan VOC, Bali menjadi lepas dari Jawa. Arkeologi Beberapa penemuan sejarah yang menjadi objek cukup menarik dari peninggalan kerajaan blambangan adalah Tembok Rejo, berupa tembok bekas benteng kerajaan Blambangan sepanjang lebih kurang 5 km terpendam pada kedalaman 1 - 0.5 m dari permukaan tanah dan membentang dari masjid pasar muncar hingga di areal persawahan Desa Tembok Rejo. Siti Hinggil atau oleh masyarakat lebih di kenal dengan sebutan setinggil yang artinya Siti adalah tanah, Hinggil/inggil adalah tinggi.Objek Siti Hinggil ini berada di sebelah timur pertigaan pasar muncar (lebih kurang 400 meter arah utara TPI/Tempat Pelelangan ikan). Siti Hinggil ini merupakan pos pengawasan pelabuhan/syah bandar yang berkuasa pada masa kerajaan Blambangan, berupa batu pijakan yang terletak di atas gundukan batu tebing yang mempunyai "keistimewaan" untuk mengawasi keadaan di sekitar teluk pang Pang dan Semenanjung Blambangan. Beberapa benda peninggalan sejarah Blambangan yang kini tersimpan di museum daerah berupa Guci dan asesoris gelang lengan, sedangkan kolam dan Sumur kuno yang ditemukan masih berada di sekitar Pura Agung Blambangan yaitu di Desa Tembok Rejo kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Di samping itu pada lokasi Keraton Macan Putih didaerah Kecamatan Kabat didapati relief arkeologi dan benda benda yang terkubur saat ini dilokasi seluas 44 Hectare yang telah menjadi persawahan dan kebun sering didapati benda arkeologi milik kerajaan, beberapa puing tembok batas kerajaan pun terkubur rusak dan hancur, masyarakat setempat sering memindahkan dan atau menyimpan puing puing tersebut. Ditemui juga beberapa koleksi di beberapa museum di Belanda yang berisi gambar, foto maupun artefact Keraton Macan Putih. Setelah Keraton Macan Putih hancur penerus Raja Blambangan yaitu Mas Jaka Rempeg mendirikan Kerajaan Bayu yang berada di sekitar Rawa Bayu kerajaan ini tidak bertahan lama karena perang Puputan Bayu 1771, yakni dalam hitungan bulan saja disini dapat ditemukan beberapa sisa artefact dan bekas peperangan dengan VOC Hingga kini meskipun Kerajaan sudah hancur Para kerabat Kerajaan secara turun temurun tetap menjaga beberapa pusaka penting peninggalan Kerajaan.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Blambangan

Mungkin jaman dulu, kondisi Blambangan juga mirip-mirip seperti sekarang. Dengan SDA yang melimpah dan masyarakatnya yang kuat, pastinya Blambangan pada masa itu, bisa menjadikan ancaman bagi kerajaan besar yg sedang berkuasa seperti misalnya Majapahit, Demak, Mataram, Bali bahkan sampai masa penjajahan Belanda.

Pendudukan dan penaklukan yang bertubi-tubi itu ternyata justru membuat rakyat Blambangan semakin patriotik dan mempunyai semangat resistensi yang sangat kuat
Osing
Sejarah Suku Osing diawali pada akhir masa kekuasaan Majapahit sekitar tahun 1478 M. Perang saudara dan pertumbuhan kerajaan-kerajaan Islam terutama Kesultanan Malaka mempercepat jatuhnya Majapahit. Setelah kejatuhannya, orang-orang majapahit mengungsi ke beberapa tempat, yaitu lereng Gunung Bromo (Suku Tengger), Blambangan (Suku Osing) dan Bali.Kedekatan sejarah ini terlihat dari corak kehidupan Suku Osing yang masih menyiratkan budaya Majapahit. Kerajaan Blambangan, yang didirikan oleh masyarakat osing, adalah kerajaan terakhir yang bercorak Hindu.
Kata "Osing" dalam bahasa Osing sendiri bisa diartikan "tidak", sehingga ada anekdot yang mengkisahkan tentang keberadaan orang Osing itu sendiri, ketika orang asing bertanya kepada orang banyuwangi bahwa kalian orang Bali atau orang Jawa? mereka menjawab dengan kata "Osing" yang artinya tidak keduanya.
Dalam sejarahnya Kerajaan Mataram Islam tidak pernah menancapkan kekuasaanya atas Kerajaan Blambangan, hal inilah yang menyebabkan kebudayaan masyarakat Osing mempunyai perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan dengan Suku Jawa. Suku Osing mempunyai kedekatan yang cukup besar dengan masyarakat Bali, hal ini sangat terlihat dari kesenian tradisional Gandrung yang mempunyai kemiripan ,dan mempunyai sejarah sendiri-sendiri.
Kemiripan lain tercermin dari arsitektur bangunan antar Suku Osing dan Suku Bali yang mempunyai banyak persamaan, terutama pada hiasan di bagian atap bangunan. Osing juga merupakan salah satu komunitas etnis yang berada di daerah Banyuwangi dan sekitarnya. Dalam lingkup lebih luas. Dalam peta wilayah kebudayaan Jawa, Osing merupakan bagian wilayah Sabrang Wetan, yang berkembang di daerah ujung timur pulau Jawa. Keberadaan komunitas Osing berkaitan erat dengan sejarah Blambangan (Scholte, 1927). Menurut Leckerkerker (1923:1031), orangorang Osing adalah masyarakat Blambangan yang tersisa. Keturunan kerajaan Hindu Blambangan ini berbeda dari masyarakat lainnya (Jawa, Madura dan Bali), bila dilihat dari adat-istiadat, budaya maupun bahasanya (Stoppelaar, 1927). sebagai kelompok budaya yang keberadaannya tidak ingin dicampuri budaya lain. Penilaian masyarakat luar terhadap orang Osing menunjukkan bahwa orang Osing dengan budayanya belum banyak dikenal dan selalu mengaitkan orang Osing dengan pengetahuan ilmu gaib yang sangat kuat. Puputan adalah perang terakhir hingga darah penghabisan sebagai usaha terakhir mempertahankan diri terhadap serangan musuh yang lebih besar dan kuat. Tradisi ini pernah menyulut peperangan besar yang disebut Puputan Bayu pada tahun 1771 M. SEJARAH PERANG BAYU ini jarang di ekspos oleh media sehingga sejarah ini seperti tenggelam.
Dalam perkembangan berikutnya, setelah para petinggi Majapahit berhasil hijrah ke Bali dan membangun kerajaan di sana, Blambangan, secara politik dan kultural, menjadi bagian dari Bali atau, seperti yang diistilahkan oleh beberapa sejarawan, “di bawah perlindungan Bali”. Tetapi, pada tahun 1639, kerajaan Mataram di Jawa Tengah juga ingin menaklukkan Blambangan yang meskipun mendapat bantuan yang tidak sedikit dari Bali menelan banyak korban jiwa; rakyat Blambangan tidak sedikit yang terbunuh dan dibuang (G.D.E. Haal, seperti yang dikutip Anderson, 1982; 75). Blambangan tampak relatif kurang memperlihatkan kekuatannya, di masa penjajahan Belanda, ia justru menampilkan kegigihannya melawan dominasi VOC. Perang demi perang terjadi antara rakyat Blambangan melawan kolonial Belanda. Hingga akhirnya memuncak pada perang besar pada tahun 1771-1772 di bawah pimpinan Mas Rempeg atau Pangeran Jagapati yang dikenal dengan perang Puputan Bayu. Perang ini telah berhasil memporak-porandakan rakyat Blambangan dan hanya menyisakan sekitar 8.000 orang (Ali, 1993:20). Meski demikian, tampaknya rakyat Blambangan tetap pantang menyerah. Perang-perang perlawanan, meski lebih kecil, terus terjadi sampai berpuluh tahun kemudian (1810) yang dipimpin oleh pasukan Bayu yang tersisa, yaitu orang-orang yang oleh Belanda dijuluki sebagai ‘orang-orang Bayu yang liar’ (Lekkerker, 1926:401-402; Ali, 1997:9). Setelah dapat menghancurkan benteng Bayu, Belanda memusatkan pemerintahannya di Banyuwangi dan mengangkat Mas Alit sebagai bupati pertama Banyuwangi.
Blambangan memang tidak pernah lepas dari pendudukan dan penjajahan pihak luar, dan pada tahun 1765 tidak kurang dari 60.000 pejuang Blambangan terbunuh atau hilang untuk mempertahankan wilayahnya (Epp, 1849:247). Anderson (1982:75-76) melukiskan bahwa betapa kekejaman Belanda tak bertara sewaktu menguasai Blambangan terutama dalam tahun 1767-1781. Dengan merujuk catatan Bosch yang ditulis dari Bondowoso, Anderson mengatakan: “daerah inilah barangkali satu-satunya di seluruh Jawa yang suatu ketika pernah berpenduduk padat yang telah dibinasakan sama sekali…”.
Pendudukan dan penaklukan yang bertubi-tubi itu ternyata justru membuat rakyat Blambangan semakin patriotik dan mempunyai semangat resistensi yang sangat kuat. Cortesao, seperti yang dikutip oleh Herusantosa (1987:13), dengan merujuk pada Tome Pires, menyebut “rakyat Blambangan sebagai rakyat yang mempunyai sifat “warlike”, suka berperang dan selalu siap tempur, selalu ingin dan berusaha membebaskan wilayahnya dari kekuasaan pihak lain”. Scholte (1927:146) menyatakan:
“Sejarah Blambangan sangat menyedihkan. Suku bangsa Blambangan terus berkurang karena terbunuh oleh kekuatan-kekuatan yang berturut-turut melanda daerah tersebut, seperti kekuatan Mataram, Bali, Bugis dan Makassar, para perampok Cina, dan akhirnya VOC. Tetapi semangat rakyat Blambangan tidak pernah sama sekali padam, dan keturunannya yang ada sekarang merupakan suku bangsa yang gagah fisiknya dan kepribadian serta berkembang dengan pesat, berpegang teguh pada adat-istiadat, tetapi juga mudah menerima peradaban baru”. Rakyat Blambangan, seperti yang disebut-sebut dalam berbagai sumber di atas, itulah yang selama ini dinyatakan sebagai cikal-bakal wong Osing atau sisa-sisa wong blambangan.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Osing

 ketika orang asing bertanya kepada orang banyuwangi bahwa kalian orang Bali atau orang Jawa? mereka menjawab dengan kata "Osing" yang artinya tidak keduanya
Desaku dan Riwayat Blambangan 

Beberapa penemuan sejarah yang menjadi objek cukup menarik dari peninggalan kerajaan Blambangan adalah Tembok Rejo, berupa tembok bekas benteng kerajaan Blambangan sepanjang lebih kurang 5 km terpendam pada kedalaman 1 - 0.5 m dari permukaan tanah dan membentang dari masjid pasar muncar hingga di areal persawahan Desa Tembok Rejo, Situs dan petilasan Blambangan banyak ditemukan di Kecamatan Muncar.
Yang masih terlihat jelas bentuknya adalah situs Umpak Songo dan Setinggil di Desa Tembokrejo, Muncar

Umpak Songo

Situs Umpak Songo ialah situs peninggalan Kerajaan Belambangan yang  pernah berdiri 6 abad lalu. Situs ini terletak di Kecamatan Muncar, Desa Tembokrejo, Kabupaten Banyuwangi. Situs ini berupa batu yang menjadi pondasi tiang penyangga pendopo Kadipaten Belambangan



Video Umpak Songo :
Itulah kawasan Umpak Songo. Diduga, kompleks itu dahulunya merupakan bangunan utama Kerajaan Blambangan era terakhir. Umpak Songo berinilai sejarah penting karena jadi simbol kerukunan antara umat Islam-Hindu. Kedua umat sama-sama merasa memilikinya tanpa konflik
 Setinggil

Siti Hinggil atau oleh masyarakat lebih di kenal dengan sebutan setinggil yang artinya Siti adalah tanah, Hinggil/inggil adalah tinggi.Objek Siti Hinggil ini berada di sebelah timur pertigaan pasar muncar ,lebih kurang 400 meter arah utara (TPI) Tempat Pelelangan ikan Muncar

 
foto: blambanganheritage.wordpress.com

Siti Hinggil ini merupakan pos pengawasan pelabuhan/syah bandar yang berkuasa pada masa kerajaan Blambangan, berupa batu pijakan yang terletak di atas gundukan batu tebing yang mempunyai "keistimewaan" untuk mengawasi keadaan di sekitar teluk pang Pang dan Semenanjung Blambangan.

Beberapa benda Peninggalan sejarah Blambangan yang kini tersimpan di museum daerah berupa Guci dan asesoris gelang lengan, sedangkan kolam dan Sumur kuno yang ditemukan masih berada di sekitar Pura Agung Blambangan yaitu di Desa Tembokrejo kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi

Pura Agung Blambangan 


Prabu Tawang Alun

Selain Prabu Minakdjinggo Penguasa yang paling terkenal adalah Prabu Tawangalun, Bekas peninggalan kerajaan ini banyak ditemukan di Desa Macanputih, Kecamatan Kabat, tapi juga ada Petilasan Prabu Tawang Alun berada di kawasan (Rowo Bayu), Kecamatan Songgon. 

Macan Putih


Video Petilasan Prabu Tawang Alun Macan Putih :

Rowo Bayu  

Rowo dalam bahasa Indonesia berarti (Rawa) sedangkan Bayu itu sendiri diambil dari nama desa (Bayu), Rowo Bayu (Rawa di desa Bayu) begitulah penduduk sekitar menyebut kawasan yang dianggap sakral ini.



Video Petilasan Prabu Tawang Alun Rowo Bayu  :

Demikian artikel dari Anak Nelayan tentang Desaku dan Kerajaan Blambangan , semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua, Terima kasih atas kunjungan anda 

Rabu, 15 April 2015

Pelabuhan Ikan Muncar Banyuwangi

ini pelabuhan ikan muncar banyuwangi

Anak bukan nelayan lagi, kangen Muncar, kangen melihat Muncar Banjir ikan lemuru, Ikan Lemuru yang bikin Nelayan Muncar Tersenyum, dan kangen juga denganmu, iya kamu!, halah :) , ayo kita menuju kota ikan Muncar, melihat gigihnya para awak kapal perahu slerek, dimana ada sekitar lima puluh lima awak kapal bertelanjang dada, sambil mengalunkan lagu untuk menyelaraskan gerakan saat mereka menarik jaring raksasa, satu tangan bergantian dengan tangan yang lain, dengan penuh semangat

Video kegigihan nelayan muncar menangkap ikan:
Foto pelabuhan ikan muncar banyuwangi
Pelabuhan Ikan

Ini adalah pelabuhan ikan Muncar di Banyuwangi, Jawa Timur. Muncar merupakan pelabuhan ikan terbesar di pulau jawa. Nelayan Muncar menghias perahu mereka dengan aneka warna yang mencolok, beserta berbagai ornamen lainnya yang menarik, Sebagian besar nelayan disini memulai perburuan menangkap ikan pada tengah hari dan pulang pada keesokan harinya, sehingga ikan yang didapat masih segar. Sekelompok nelayan ini tengah memperbaiki jaring, sebagai persiapan untuk melaut

Ayum-ayum atau Perbaiki jaring ikan

nelayan perbaiki jaring ikan


Mereka merupakan awak kapal penangkap ikan yang menggunakan jaring cincin. Jaring cincin merupakan alat penangkap ikan yang besar. Pengoperasiannya membutuhkan awak kapal yang banyak. Peralatan jaring cincin Nelayan Banyuwangi terdiri dari dua kapal besar yang bergandengan, dan perangkat jaring yang panjangnya 300 sampai 500 meter, dengan lebar 10 meter.

Jumlah awak yang mengoperasikannya 50 orang. Pukul satu siang, saat ombak tidak terlalu besar dan cuaca cerah, merupakan saat yang paling tepat untuk memulai perburuan ikan,Beginilah suasana saat perburuan dimulai. Sang nakhoda bernama Sabar, memimpin seluruh awak kapal menuju ke Selat Bali untuk mencari kawanan ikan tongkol. Mesin kapal dihidupkan. Kapal melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan pelabuhan Muncar

 Awak kapal penangkap ikan

awak kapal slerek menarik jaring ikan

Satu kapal di depan berfungsi sebagai pemburu kawanan ikan. Di kapal ini dipasang delapan mesin tempel. Di kapal depan juga ditempatkan jaring dan awak kapal yang bertugas menarik jaring, jumlahnya lebih dari 40 orang.Delapan mesin digunakan agar kapal dapat berpacu kencang melebihi kecepatan kawanan ikan. Sehingga kawanan ikan permukaan yang hidup bergerombol seperti tongkol, lemuru maupun ikan layang tidak mampu menghindar dari jaring cincin.

Perahu Slerek Muncar

nelayan muncar menarik jaring ikan

Jaring Cincin atau Jaring Slerek

cara kerja jaring cincin atau jaring slerek

Benar saja. Setelah berlayar lebih dari 4 jam, saat kapal tengah berada di perairan laut Bali, tiba-tiba kapal yang berada di depan melesat kencang, mengejar gerombolan kawanan ikan tongkol. (Tawur) Inilah sebutan nelayan Muncar saat jaring digelar. Seluruh awak kapal sibuk menggiring kawanan ikan, agar masuk ke dalam lingkaran jaring cincin yang digelar. Bahkan di antara awak kapal ada yang terjun ke laut 

Jenis Alat Penangkap Ikan

awak perahu slerek kota ikan muncar

Setelah jaring tertebar penuh, kapal akan berputar membentuk cincin. Awak kapal yang berjumlah 45 orang mulai menarik jaring bersama-sama. Waktu yang diperlukan menarik jaring ini cukup lama, bisa mencapai 3 hingga 4 jam.Untuk menambah semangat, para awak kapal menyanyi bersama-sama. Meskipun syair lagunya tidak jelas. Kini saatnya kedua kapal saling merapat, dan kawanan ikan terkurung pada ruang sempit, sehingga terkumpul seperti ini

awak kapal perahu slerek muncar

sensasi menjadi awak kapal perahu
 
Sensasinya benar-benar luar biasa saat kawanan ikan tongkol terkumpul dan dimasukkan ke tempat penampungan di lambung kapal. Sekitar 5 kwintal kawanan ikan tongkol tertangkap jaring pada tebaran jaring yang pertama. Ini termasuk tangkapan sedang, karena biasanya satu kali tebar dapat menjaring ikan lebih dari satu ton

 kawanan ikan tongkol tertangkap jaring

kota ikan muncar dapat ikan tongkol


Perburuan dilanjutkan kembali. Dalam keadaan normal, tanpa terjangan ombak yang besar, nelayan sanggup menebar jaring sampai empat kali, dengan rata-rata hasil tangkapan 5 sampai 6 ton. Namun terkadang, hasil tangkapan bisa mencapai 10 ton dalam semalam. Kapal selanjutnya kembali ke pelabuhan Muncar. Ikan hasil tangkapan disetorkan ke industri sarden, yang banyak terdapat di sekitar pelabuhan Muncar,


Demikian artikel dari Anak Nelayan tentang Pelabuhan Ikan Muncar Banyuwangi , semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua, Terima kasih atas kunjungan anda

Senin, 13 April 2015

Hotel dan Penginapan di Banyuwangi

info lengkap daftar hotel di banyuwangi

Info Daftar hotel dan penginapan di Banyuwangi, Cari hotel dengan harga terjangkau di kota Banyuwangi, Anda yang mempunyai budget terbatas jangan khawatir. Saya punya info buat Anda, Mulai dari Hotel murah di Banyuwangi, sampai Hotel mewah di Banyuwangi, Ada banyak Daftar Hotel di Banyuwangi yang menawarkan beragam fasilitas. Sederhana ataupun mewah, semua tersedia di Banyuwangi. Begitu pula harga yang ditawarkan pun bervariasi

group santika indonesia hotels

Hotel Santika Banyuwangi

kabar hotel Banyuwangi , Grup Santika Indonesia Hotels dan Resorts mengembangkan sayapnya di Banyuwangi. Kelompok usaha perhotelan terkemuka di Indonesia itu meresmikan Hotel Santika Banyuwangi yang berkonsep unik dan kental nuansa lokal
Hotel Santika di Banyuwangi merupakan hotel ke-79 yang dikelola oleh Grup Santika dan merupakan hotel ke -22 dari kelompok Hotel Santika Berbintang 3. Hotel Santika di Banyuwangi berada di lokasi yang strategis, yaitu tepat berada di jantung kota, tepatnya Jalan Letjen S Parman 15 Banyuwangi, Hotel ini semakin melengkapi Pilihan bagi wisatawan, pebisnis, dan semua kalangan yang akan berkunjung ke Banyuwangi

Hotel Santika Banyuwangi didesain sangat spesial. Rancangan desainnya didominasi ornamen khas Suku Using (suku asli Banyuwangi). Salah satunya, lampu gantung yang menghias ballroom Ijen Santika Banyuwangi yang desainnya berbentuk Gajah Oling, salah satu motif khas Banyuwangi. Bahkan saat pengunjung menginjakkan kakinya di lobby, lantainya juga berbentuk Gajah Oling. “Biasanya bila di kamar hotel berhiaskan lukisan, khusus hotel kami di Banyuwangi kami tempeli kain batik motif khas Banyuwangi. Ada yang motif Gajah Oling, Kangkung Stingkes dan Paras Gempal,” kata Cita.
hotel dekat dengan taman nasional Alas Purwo

Hotel Santika Banyuwangi memiliki 125 kamar dengan berbagai tipe, mulai superior, deluxe, executive suite, dan suite.  Santika Banyuwangi juga dilengkapi, fasilitas restoran Muncar Resto, merujuk pada nama salah satu pusat perikanan Jawa Timur yang berada di Banyuwangi.

Ada  dua ruang pertemuan yang masing-masing diberi nama Muncar I dan Muncar II. Ada juga lobby lounge, ballroom, ballroom di Santika Banyuwangi juga menggunakan salah satu destinasi wisata Banyuwangi, yakni Ballroom Ijen.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berharap kehadiran Grup Santika mampu melengkapi infrastruktur penunjang pariwisata di daerahnya. "Semakin banyak pilihan hotel, semoga ke depan bisa terus berkembang
 Hotel Banyuwangi dekat wisata pantai

hotel dekat dengan bandara blimbingsari banyuwangi
   
Info Hotel di Banyuwangi

Untuk menyambut anda yang mau berkunjung ke Banyuwangi, Hotel di Banyuwangi Terus Bertambah, Fasilitas hotel juga makin banyak karena ada beberapa hotel baru di Banyuwangi, Selain Hotel Santika, grup hotel Alila juga segera membangun hotel di Banyuwangi, Ada banyak sekali tempat menarik yang bisa dikunjungi di Banyuwangi, mulai dari Festival seni dan budaya, wisata alam, wisata pantai, wisata agro, wisata petik laut, wisata religi dan anda juga bisa melihat adat dan tradisi Masyarakat Banyuwangi


hotel sekitar gleenmore kalibaru


  Hotel Terbaik Hotel Murah Banyuwangi
  Hotel Murah dan Bagus Di Banyuwangi
  Hotel dekat Taman Nasional Alas Purwo
    Hotel dekat Taman Nasional Meru Betiri
  Daftar Alamat Hotel di Banyuwangi
  Penginapan Murah di Banyuwangi
    Hotel dekat pantai Pulau Merah
    Hotel dekat Mangrove Bedul
    Hotel dekat Air Terjun Lider
50 Hotel Murah & Penginapan di Banyuwangi Dekat Tempat Wisata
    Hotel dekat Kawah Ijen
    Hotel dekat pantai Teluk Hijau
    Hotel dekat pantai Sukamade
    Hotel dekat pantai Rajegwesi
    Hotel dekat bandara Blimbingsari
    Hotel dekat Pelabuhan Ketapang
    Hotel dekat Pantai Plengkung/G-land
    Hotel dekat Taman Nasional Baluran

Daftar Lengkap Peta alamat hotel Banyuwangi

Video Banyuwangi Tourism :
Discover Banyuwangi, Video indah tentang pariwisata Banyuwangi

Demikian artikel dari Anak Nelayan tentang Hotel dan Penginapan di Banyuwangi , semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua, Terima kasih atas kunjungan anda

Selasa, 07 April 2015

Bagiak Kue Khas Banyuwangi

kue bagiak oleh oleh khas banyuwangi jawa timur

Menikmati indahnya objek wisata di Banyuwangi, sambil minum teh atau kopi ditemani sebungkus kue bagiak, bukan bagiak atau bakiak sandal kayu yang ada di jawa, atau juga yang biasa juga ada di jepang, Bagiak yang ini merupakan salah satu oleh-oleh khas Banyuwangi yang berbentuk kue kering berbentuk bulat panjang

Kue Bagiak terbuat dari bahan-bahan yang sederhana, antara lain susu, tepung tapioka, tepung larut, garam, telur, margarine, baking powder dan bahan perasa, yang kemudian di olah menjadi satu adonan dan dicetak sesuai bentuk yang dihendaki kemudian dioven, rasa kue bagiak ini juga unik dan bervariasi, antara gurih, asin dan manis menjadi satu, karena rasa tepungnya campur, antara manis, asin, dan gurih  yang terpadu dengan sempurna

kue bagiak oleh oleh khas asli banyuwangi

Kue Bagiak terdiri dari beberapa rasa, antara lain pisang, moka, keningar, wijen, durian, coklat, jahe, strawbery, nangka, madu dll, Dari  beberapa jenis rasa tersebut, Jenis bagiak yang paling cepat habis dan paling banyak diminati adalah rasa keningar, karena rasanya paling khas, yaitu dominan rasa kayu manis

Jika anda berkunjung ke Banyuwangi, jangan lupa  mampir di toko yang menyediakan oleh-oleh khas Banyuwangi, Kue Bagiak ini patut dibawa pulang sebagai oleh-oleh untuk sanak saudara di rumah, Harga Kue Bagiak juga tidak terlalu mahal. Berkisar dari Rp 5 ribu sampai Rp 25 ribu per kemasannya

Selain Kue Bagiak anda juga bisa mencoba kuliner di Banyuwangi Lainya seperti : Nasi Tempong, Jangan Kesrut, Ayam Kampung Pedas, ,Pecel Pitik, Pecel Rawon, Rujak Soto, Kue Sale Pisang dll, Selamat Berkunjung Di Bumi Blambangan

demikian artikel dari Anak Nelayan tentang Bagiak Kue Khas Banyuwangi, semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua, Terima kasih atas kunjungan anda

Kamis, 02 April 2015

Musik Banyuwangi Ngelali

Ngomongin Musik Banyuwangi, Bergairahnya industri rekaman di Banyuwangi juga melahirkan sejumlah superstar lokal. Lagu-lagunya digandrungi, musik Banyuwangi menjadi tuan rumah di Banyuwangi sendiri, kalau anda ke Bali, naik kapal fery melewati Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk, pasti anda sudah sering mendengar musik Banyuwangi, saya menyukai hampir semua jenis musik, tapi musik Banyuwangi selalu tetap di hati, musik ini selalu menemani saya di pagi hari dengan sebatang rokok dan segelas kopi, selera anda mungkin beda ya, kalau memang beda kenapa harus sama huehehe

Video Lagu Ngelali Demy Version:

Video Lagu Ngelali Guitar Version:
Lirik Lagu Ngelali

Bengi iki, isun ngengeti
Ngengeti riko, hang wis ngelali
Sun pageri, lan sun rumati
Dung wis mekar riko ngelali

Mung gitar iki hang dadi saksi
Urip bebarengan selawase
Ulan lan lintang nong nduwuran
Podo ngajaki gendingan

Tetesan banyu moto sun iki,
Kadung sun ngenget-ngengeti
Duh gusti nopo ndiko nggawe urip isun gedigi

Isun wis sing percoyo, ambi omongan riko
Bengen nyumbar suworo,
Isun riko gawe loro, isun wis sing percoyo

Bengi iki, isun ngengeti
Ngengeti riko, hang wis ngelali
Sun pageri, lan sun rumati
Dung wis mekar riko ngelali

Mung gitar iki hang dadi saksi
Urip bebarengan selawase
Ulan lan lintang nong nduwuran
Podo ngajaki gendingan

Tetesan banyu moto sun iki,
Kadung sun ngenget-ngengeti
Duh gusti nopo ndiko nggawe urip isun gedigi

Isun wis sing percoyo, ambi omongan riko
Bengen nyumbar suworo,
Isun riko gawe loro, isun wis sing percoyo

Demikian artikel dari Anak Nelayan tentang Musik Banyuwangi Ngelali , semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua, Terima kasih atas kunjungan anda

Anak Love Networking

The Power of Nekat, Saya sangat beruntung dengan segala keterbatasan yang saya miliki bisa mengenal dunia it lebih dulu daripada teman-teman...